Love , cinta, liebe , atau menjadi deretan huruf apa
pun ia dan dalam bahasa apa pun, selalu saja indah dan asyik untuk dibicarakan.
Iya nggak sih? Bo'ong banget kalo kamu sampe menggelengkan kepala.
Bahkan topik inilah yang paling universal untuk dibicarakan atau pun dinikmati.
Apalagi untuk remaja-remaji seusia kamu, kayak nggak ada tema lain yang
mendominasi pembicaraan selain love and love mulu. Iya apa iya? Moga
kamu nggak bosen ketika postingan kali ini berbicara tentang CINTA. Soalnya
saya emang pengen kamu jadi remaja cerdas, termasuk dalam memahami dan
menyikapi cinta. Setuju kan?
Ketika kamu jatuh cinta, dunia terasa indah dan berbunga-bunga. Kamu jadi
rajin ke sekolah, rajin belajar, suka tersenyum, nyapa kiri-kanan, dll. Tapi
semua itu akan berubah banget ketika kamu dapetin orang yang kamu cintai dengan
tulus ternyata tidak membalas cintamu. Hiks…langit seakan runtuh. Lagu Pupus
-nya Dewa 19 didendangkan berulang-ulang. Emang enak bertepuk sebelah
tangan? Kamu pun merasa jadi orang paling merana sedunia dan selalu terbayang
gimana caranya gantung diri di pohon tomat. Tapi apa iya sih, cinta cuma
sebatas itu?
WHAT IS LOVE?
Apa cinta itu? Bila ada sepuluh orang kamu tanya tentang pertanyaan ini,
akan ada sepuluh jawaban pula yang bakal disodorkan. Bahkan para filsuf dan
pemikir dari jaman baheula hingga jaman kiwari masih pada kebingungan
untuk mendefinisikan tentang cinta ini. Bahkan ada yang bilang, cinta tidak
untuk didefinisikan karena it's all about feeling (cieee .. sampe
segitunya)
Tapi ada satu hal yang kita pasti sepakat, bahwa semua makluk hidup pasti
mempunyai cinta. Induk ayam saja rela mengais-ngais tanah demi mendapat seekor
cacing demi disuapkannya pada mulut anaknya. Belum lagi kalo kamu berusaha
mendekati anak ayam yang masih imut, jangan salahkan bila kamu bakal diterjang
sama induknya. Semua itu karena dorongan naluri, rasa cinta.
Apalagi yang namanya manusia, keberadaan naluri mencintai dan dicintai
ini sudah built-up diberi dari sononya. Karena rasa ini adalah
perwujudan dari naluri mempertahankan jenis atau bahasa kerennya, gharizah
nau' . Bisa kamu bayangkan bila seorang suami tidak mencintai istri dan
anaknya, maka ia tak akan mau bersusah payah bekerja mencari nafkah. Begitu
juga seorang ibu, tanpa cinta tak mau ia merasakan lelahnya mengandung sembilan
bulan lamanya, sekitnya melahirkan dengan nyawa sebagai taruhannya, menyusui
hingga dua tahun, dan mendidik serta membesarkan anak-anaknya.
Tanpa cinta, tak mungkin Rasulullah Muhammad saw. menghabiskan seluruh
hidupnya untuk berpikir dan berbuat demi umatnya. Bahkan di saat detik-detik
akhir kehidupannya saat sakaratul maut menjelang, tahu nggak apa yang
diingat beliau tercinta ini? ‘umati…umati..umati' , (umatku…umatku...umatku).
Bukan menyebut nama anak-anaknya, bukan pula menyebut nama istri-istrinya,
apalagi menyebut harta yang memang tidak beliau punya, tapi Rasulullah menyebut
umatnya. Termasuk kita yang hidup ribuan tahun jaraknya dari beliau pun sudah
disebut dalam lisan sucinya. Betapa beliau mengkhawatirkan umatnya dengan penuh
cinta. Malu nggak sih kita bila mengingat ini, sedalam apa balasan cinta kita
untuk Rasulullah saw.? Maka sungguh indah senandung lagu milik Bimbo dengan
penggalan lirik seperti ini: ‘Rindu kami padamu, ya Rasul, rindu tiada
terperi. Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini'.
Siapa sih yang nggak merasa cinta pada sosok mulia ini? Pasukan perang
Tabuk rela menjadikan tubuhnya sebagai tameng anak panah demi menyelamatkan
sang Nabi tercinta. Tubuh dan nyawa mereka tak ada artinya dibandingkan dengan
keselamatan sang Rasul mulia. Bahkan ketika mendengar berita tentang isu
wafatnya Rasul, semua sahabat menangis tersedu-sedu. Dan ketika mendapati
beliau masih hidup tetapi dengan luka sekujur tubuh, para sahabat lega meski
masih merasa sedih dengan terlukanya sosok yang dicintai. Ingin rasanya mereka
menjadi pengganti rasa luka itu selama bisa mengurangi rasa sakit yang diderita
Rasulullah akibat tusukan pedang dan anak panah. Semua itu mereka lakukan
karena cinta.
Bila kita mau menoleh pada hal lain barang sejenak, akan kita dapati
matahari yang bersinar tanpa syarat ke bumi, hujan pun turun untuk membasahi
ladang gersang, dan tanah yang masih juga menumbuhkan tanaman buat manusia.
Semua itu terjadi dengan begitu teratur, begitu indah, dan begitu setia. Dari
siapa? Tentu dari Yang Maha Memiliki Cinta itu sendiri; Allah Swt.
PERWUJUDAN CINTA
Lalu bagaimana dengan kita? Dengan apa kita harus membalas semua rasa
cinta yang pernah, sedang, dan akan terus kita rasakan hingga akhir hayat kita
itu? Ada pepatah yang mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak
sepanjang galah. Kamu pasti tahu dong, beda panjang jalan dan galah. Jauh
banget kan? Kalau kasih ibu saja sepanjang itu, lalu bagaimana dengan kasih dan
cinta Muhammad saw. pada umatnya? Lalu bagaimana lagi dengan kasih dan cinta
Allah Swt. pada kita? Sungguh, seandainya seluruh pohon di bumi ini dijadikan
pena dan air laut sebagai tintanya tetap tak bisa melukiskan sedalam dan sejauh
apa cinta Allah pada kita.
Pernahkah kita merasakan dengan sadar cinta Allah dalam setiap tarikan
dan hembusan nafas? Dalam setiap langkah yang kita buat, dalam setiap detik
waktu yang terlewat, pernahkah itu kita sadari? Semua itu ibarat matahari, yang
karena terbiasanya kita dengan sinarnya kita jadi lupa pada jasanya. Bayangkan
bila sedetik saja Allah menarik pasokan oksigen untuk kita hirup, makhluk seisi
dunia bisa kelabakan. Tapi Allah begitu sayang dan cinta terhadap kita sehingga
tak peduli orang yang durhaka terhadap-Nya juga diberi pasokan oksigen yang
sama dengan mereka yang taat. Meski tentunya ada konsekuensi juga kan? Mereka
yang taat jelas tempat kembalinya di akhirat; surga. Begitu pun dengan yang
durhaka sudah ditentukan tempatnya; neraka.
Sobat muda muslim, pernah nggak kamu dicintai oleh orang lain yang begitu
tulus mencintaimu tanpa pamrih? Apa yang ingin kamu lakukan? Kamu pasti
berusaha membalas ketulusannya dan berusaha mencintainya dengan tulus pula.
Lalu, bagaimana dengan membalas ketulusan Allah dan rasulNya yang sudah begitu
mencintai kita tanpa pamrih? Yaitu dengan berusaha menjalankan perintaNya dan
menjauhi laranganNya.
BTW, kalo kamu sedang jatuh cinta, apa sih yang akan kamu lakukan demi si
dia? Kalo si dia nggak suka liat kamu pakai baju merah, pasti kamu nggak bakal
pakai baju itu demi menyenangkan hatinya meski sebetulnya kamu setengah mati
suka warna merah. Jika si dia suka banget makan bakso kamu pasti berusaha
setengah mati bisa mentraktirnya makan bakso meski kamu lagi kanker alias
kantong kering. Kenapa bisa begitu? Karena cinta identik dengan ketaatan.
Identik dengan keinginan untuk membahagiakan. Itu pulalah yang ingin kita
lakukan bila ingin membalas cinta Allah dan RasulNya. Wajar dan sangat adil
kan?
BENTUK REALLNYA?
Ketika kamu melaksanakan sholat lima waktu dan puasa Ramadhan, kamu
sedang melakukan sebentuk bukti real cinta kepadaNya. Tapi itu belum cukup,
karena Islam bukan hanya agama ritual saja. Ketika kamu menutup aurat, kamu
melakukannya karena cinta. Ketika kamu patuh dan sopan pada orang tua, sayang
pada yang lebih muda, ringan tangan pada saat orang lain membutuhkanmu,
bersedia mendengar keluh kesah kesedihan teman yang lagi durundung duka, itu
semua juga sebagian bukti cinta.
Ketika kamu menasihati temanmu untuk tidak berpacaran dan tidak suka
membolos, itu juga bukti cinta. Ketika kamu tahu menjalankan syariat Islam
adalah wajib dan kamu mendakwahkannya pada yang lain, itu juga bentuk cinta.
Bahkan tersenyum pun (asal bukan senyum yang TP alias tebar pesona yah) itu
juga bentuk kecintaan kita pada sesama.
Jangan mentang-mentang kamu udah ngaji duluan, lalu merasa sok bener
sendiri tanpa mau membagi cintamu itu dengan mendakwahkannya. Emang surga milik
kamu sendiri? Nggak kan? Alangkah enaknya surga itu bila kita bisa menghuninya
beramai-ramai. Bukankah kamu lebih suka rumahmu didatangi banyak temanmu
daripada bengong sendirian nggak ada yang diajak ngomong. betul nggak?
Cuekin aja kalo ada temanmu yang suka becanda bilang “Enak lho masuk
neraka bisa ketemu bintang film macam Britney Spears, J-Lo, Mas Nunu alias
Keanu Reeves or Brandon Lee”. Anggap saja mereka adalah orang-orang yang
membutuhkan sentuhan cintamu dalam bentuk dakwah, amar makruf nahi munkar .
Jangan benci mereka dan jangan pula dijauhi. Sentuh akal dan perasaannya
sehingga mereka dapat memperoleh hidayah dan ‘terjerumus' dalam cinta; Islam.
KARENA CINTA
Yup, benar sekali bahwa semua kejadian di dunia ini tidak pernah terlepas
dari yang namanya cinta. Mulai dari nongolnya kamu di dunia ini adalah hasil
pertautan cinta ibu-bapakmu sampai kamu bisa beriman dan berislam hingga hari
ini juga karena cintanya Rasul terhadap umatnya, juga cinta Allah terhadap
hamba-Nya. Cinta bukan melulu Tejo yang naksir Surti, tidak selalu sang putri
yang menunggu pangeran idaman datang meminang. Tapi cinta adalah kehidupan itu
sendiri.
Pernahkah kamu menikmati setiap aliran cinta yang merambati tubuhmu di
saat kamu menarik nafas segar di pagi hari, merasakan sejuknya embun yang
menetes di wajahmu, dan bugarnya badan untuk memulai beraktivitas? Bila belum,
cobalah. Pejamkan matamu dan rilekskan pikiranmu. Maka biarkan ada yang bening
mengaliri sanubarimu. Oksigen yang terhirup, embun yang lembut, sinar mentari
yang hangat, tubuh yang sehat, iman yang kuat dan pikiran yang mantap, itu
semua ada karena cinta.
Jadi bukan Joy Tobing aja yang bisa menyenandungkan Karena Cinta .
Kita juga bisa. Karena memang setiap detil kehidupan ini terjadi, semua karena
cinta. So , kamu-kamu udah pada paham kan, bahwa cinta bukan melulu
seperti yang kamu pahami selama ini, sekadar hubungan taksir-menaksir antar
lawan jenis.
Cinta ternyata bisa begitu luas dan indah. Semoga dengan diguyurnya kamu
sebulan ini dengan semua hal tentang cinta, bisa membuka hati dan akalmu
tentang makna cinta itu sendiri. Sehingga kamu pun bisa melangkah dengan mantap
di kehidupan dengan menaburkan sebanyak mungkin cinta kepada sesama. Bukan
cinta sempit yang sulit dibedakan dengan nafsu, tapi lebih mengarahkan arti
cinta kepada kebenaran itu sendiri, yakni Al-Islam. Agama yang selama ini
menjadi pilihan hidup kita. Nggak berlebihan kan? Bahkan tulisan ini pun dibuat
juga karena cinta kami pada kamu, sang calon pemegang tongkat estafet dakwah di
masa depan. Sungguh, betapa indah dan ringan semua hal bila kita mendasarkannya
karena cinta. Yakinlah.
0 comments:
Post a Comment